Dalam kehidupan sehari-hari terdapat dua hal bertolak belakang yang datang silih berganti menghiasi kehidupan manusia, yaitu kesenangan dan kesusahan.
Menurut pendapat beberapa pakar psikologi, hidup itu bisa indah karena hadirnya 2 hal itu. Coba saja kita bayangkan kalau seseorang itu senang atau susah terus, pasti hidupnya tidak akan berwarna.
Bila kita dalam keadaan senang maka kita diharapkan bisa ingat keadaan kita dulu waktu susah. Dan ketika kita susah yakinlah bahwa setelah kesusahan itu pasti ada kesenangan.
Allah SWT berfirman dalam surat Al Insyirah ayat 5 dan 6 yang artinya: “Maka sungguh bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sungguh bersama kesulitan itu ada kemudahan.”
Menurut para ahli tafsir, ayat tersebut menjelaskan bahwa bersama satu kesusahan pasti terdapat dua kemudahan.
Yang terpenting dari semua itu adalah bagaimana seorang muslim menyikapi dua keadaan tersebut sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
catatancintaabi.wordpress.com
Karena biasanya manusia salah dalam menyikapi kesusahan dan kesenangan. Hal ini juga berdasarkan firman Allah SWT dalam surat AL Asra’ ayat 83 yang artinya : ”Dan apabila kami berikan kesenangan kepada manusia mereka berpaling dan berbalik ke belakang dengan sikap sombong, dan apabila dia ditimpa kesusahan mereka berputus asa.“
Di ayat tersebut Allah SWT menyebutkan kesenangan terlebih dahulu karena ujian terhadap kesenangan lebih berat daripada ujian terhadap kesusahan.
Rasulullah SAW pernah mengutus Abu Ubaidah untuk pergi ke Bahrain dan menagih pajak penduduknya. Kemudian dia kembali dari sana dengan membawa harta yang banyak dan kembalinya Abu Ubaidah tersebut terdengar oleh para sahabat Anshar maka mereka pun ikut shalat shubuh berjamaah bersama Rasulullah SAW.
Segera setelah shalat mereka langsung menghadap kepada beliau dan beliau pun tersenyum kemudian bersabda, “Mungkin kalian telah mendengar kedatangan Abu Ubaidah dengan membawa harta yang banyak?”
Mereka menjawab, “Benar ya Rasulullah. “ Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Sambutlah kabar baik dan tetaplah mempunyai harapan yang baik untuk mencapai semua cita-citamu. Demi Allah bukan kemiskinan yang aku khawatirkan atas kamu, melainkan aku khawatir kalau dunia ini terhampar luas bagimu sebagaimana telah terhampar untuk orang-orang sebelum kamu, kemudian kamu berlomba-lomba sebagaimana mereka berlomba-lomba, sehingga membinasakan kamu sebagaimana telah membinasakan mereka. “ (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah SWT juga berfirman dalam surat Al Isra’ ayat 67 yang artinya, “ Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan niscaya akan hilang siapa yang kamu seru selain Dia, maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih. “
Dari dalil-dalil diatas bisa kita ambil kesimpulan bahwa manusia mempunyai sifat dasar yang buruk. Bila mereka ditimpa kesusahan mereka langsung kembali dan mengingat Allah. Tapi apabila dia sudah ditolong dan diberi kesenangan oleh-Nya mereka malah menganggap hal itu merupakan hasil dari jerih payahnya sendiri dan bersikap sombong.
Bagi seorang muslim, keberhasilan masih bisa membuat dia melaksanakan shalat dan ibadah yang lain. Tapi hal itu tidak bisa menjamin mereka akan terjangkit sikap sombong atau tidak.
Sebelum saya bahas lebih jauh, mari pertama-tama kita bahas definisi sombong menurut Rasulullah SAW. Beliau bersabda, “kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia. “(HR. Muslim).
Hadits tersebut memang betul adanya. Orang yang sukses biasanya akan sulit untuk menerima kebenaran yang disampaikan oleh orang lain, apalagi yang menyampaikannya lebih muda, lebih miskin atau lebih rendah derajatnya dibandingkan dengannya.
Hal itu biasanya secara tidak langsung dibarengi dengan merendahkan orang tersebut karena dia menganggap dirinya lebih sukses, kaya dan lebih tinggi derajatnya.
Lalu bagaimana cara menyikapi kesuksesan dan kesusahan yang benar menurut tuntunan Islam? Hal ini mudah saja jika kita berpegang teguh dan melaksanakan hadits dari Rasulullah SAW berikut ini dengan sebaik-baiknya.
Beliau bersabda, “Alangkah menakjubkannya kehidupan seorang mukmin. Sungguh seluruh kehidupannya baik. Dan tidak ada yang bisa memiliki itu kecuali seorang mukmin. Jika dia dikaruniai kesenangan maka dia bersyukur, dan itu baik baginya. Dan jika dia ditimpa kesusahan maka dia bersabar dan itu baik untuknya. “(HR. Muslim).
Itulah cara agar kita bisa menyikapi ujian senang dan susah sesuai dengan syariat Islam. Semoga kita semua bisa menerapkan hal tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari. Amin ya robbal ‘alamin. Wassalamu’alaikum.
Asalm ketik salin di Wps Woord na ,n coba print selembar . Ctt : Paling atas " Mi ayam bakso ....nama mu " Kirim wa grup informtika ya na Wasalm mksi na .
..Ibda Binafsik. Home Tazkiyah Ibda’ Binafsik “Mulai dari Diri Sendiri” TazkiyahTazkiyatun Nafs Ibda’ Binafsik “Mulai dari Diri Sendiri” Oleh Husni Mubarok-1 Adalah sudah menjadi fitrah bahwa manusia itu punya obsesi. Setiap orang punya keinginan dan harapan yang ingin ia capai dalam kehidupannya. Setumpuk keinginan dan idealisme untuk mengubah hal-hal yang ia ingin dalam perjalanan hidupnya menuju perubahan yang bermanfaat. Dan mungkin termasuk kita sebagian dari contoh tersebut. Namun kadang banyak diantara kita yang ingin mengubah orientasi yang salah tapi justru kitalah yang diam dan tertinggal dalam orientasi yang salah tersebut. Kita yang berkoar-koar pada perubahan dan berusaha untuk menjadi makelar kebaikan dan pembaharu sistem yang pincang. Tapi di sisi lain kadang kita terjebak dalam kemandekan tersebut. ____ Maka yang terjadi selanjutnya adalah kehambaran. Suara lantang kita tak lebih dari kicauan demi kicauan yang tidak menggairahkan tapi justru memekakkan....
Komentar
Posting Komentar